Rabu, 09 Maret 2016

Terinspirasi Bung Karno, Kirim Dosen ke Luar Negeri


SUDAH 35 tahun, Prof Dr Bambang Setiaji mengabdikan diri pada bidang pendidikan dan ekonomi. Namanya semakin melejit, karena sering melontarkan ide-ide yang membangun untuk masyarakat.

Baru setengah jam tiba di ruangan, ponsel Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) itu berdering. Sembari menyeruput teh hangat, pria kelahiran 24 Desember 1956 itu, bergegas ke mobil.

Langit Kota Solo yang masih mendung, dan jam sudah menunjukkan pukul 09.00, tidak menyiutkan langkahnya. Saat itu, dia mengawali aktivitasnya dengan membuka acara di GOR UMS dan Lorin Solo Hotel.

”Setiap hari padat,” katanya mengawali pembicaraan dengan Suara Merdeka. Sejak muda, Bambang terbiasa dengan kesibukan. Apalagi suami dari Menuk Hardiningsih itu, mengawali karier dari bawah, dengan menjadi pendidik di STM Muhammadiyah (1981).

Baginya, kedudukan sebagai orang nomor satu di universitas swasta terbesar di Solo itu merupakan investasi dari perjuangan dalam meniti karier. ”Saya selalu memiliki hasrat membangun yang berkobarkobar dan terobosan dalam bidang yang saya geluti. Seperti Bung Karno,” tutur dia.

Benar saja, bapak enam anak yang menjabat rektor sejak 2005 itu, rupanya mengawali tradisi di UMS dengan aktif mengirim dosen-dosen muda ke luar negeri. Menurut alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) 1983 itu, ada sejumlah negara yang menjadi tujuan selama 11 tahun ini. Yakni Inggris, Australia, Korea Selatan dan Taiwan. ”Agar anak-anak muda, memiliki pemikiran global.

Pada tahun pertama dulu, ada sekitar 80 dosen muda,” jelasnya bangga. Tradisi tersebut, masih dipertahankan oleh pria yang menyabet gelar master dan doktor bidang ekonomi di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu.

Tidak hanya terinspirasi oleh tokoh-tokoh pendahulu di Indonesia dalam mengembangkan pendidikan di lingkup perguruan tinggi (PT). Kegigihannya, mengalir dari jiwa orang tuanya, Tentrem dan Harsono (Alm) yang merupakan pendidik di Pacitan. ”Kemudian saya sangat menghargai dan konsen ke pendidikan,” ungkapnya.

Alhasil, salah satu terobosan itu meningkatkan kualitas dan kuantitas universitas yang dipimpinnya. Saat 2005, hanya ada 11 ribu mahasiswa. Sementara saat ini, meroket menjadi 28 ribu. Bahkan, jumlah fakultas dan program studi (progdi) terus bertambah.

Melihat perkembangan tersebut, pria yang meraih gelar profesor pada 2001 itu, membuat program-program baru dalam perkuliahan. ”Saya kumpulkan dekan dan dosen untuk menggodok program nyata bagi mahasiswa,” terang dia.

Membangkitkan UKM dan Pengusaha Program nyata itu, menurut Bambang, menjadi gerakan perubahan untuk meningkatkan kualitas lulusan. Di antaranya mewajibkan dosen memiliki usaha kecil dan menengah (UKM). Karena UKM, menjadi penggerak roda perekonomian di Bumi Pertiwi.

Bahkan, mahasiswa didorong tidak hanya membuat karya tulis ilmiah. Tetapi diharapkan berkolaborasi dengan dosen, dalam menciptakan UKM baru. ”Kami ingin mencetak banyak entrepreneur baru di berbagai produk kebutuhan,” akunya.

Bambang yang juga anggota Dewan Pakar Ekonomi Syariah Pusat dan dan Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Solo itu, mengaku tidak hanya konsen dalam pendidikan secara umum. Namun bidang ekonomi menjadi garapan serius bapak enam anak itu. Apalagi saat ini, pintu gerbang dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah dibuka.

Tidak tanggung-tanggung, pria yang gemar berjalan kaki itu, bertekad mencetak para pengusaha muda yang mencintai Bumi Pertiwi. Maka dari itu, mulai tahun ini Bambang menyisipkan mata kuliah 4 SKS berupa Sekolah Kebangsaan dan Pengusaha.

Menurutnya, mata kuliah itu untuk menjawab tantangan saat dewasa ini. Karena jumlah pengusaha di Indonesia, masih sangat kurang. Mata kuliah tersebut menjadi salah satu jalan untuk membangkitkan minat mahasiswa dalam berwirausaha.

Tetapi mereka dilandasi dengan pemahaman politik dan kebangsaan. Universitas turut mengundang para pengusaha dari berbagai bidang, untuk membagikan ilmunya pada mahasiswa. Pria yang gemar menulis di kolom surat kabar itu menambahkan, dengan bertambahnya pengusaha dari lulusan universitas, maka akan menjadi solusi bangsa.

Karena harus disadari, pengguran masih cukup banyak. ”Ini menjadi kepedulian civitas kampus. Bagimana kami menjadi solusi bagi negara dan masyarakat. Jika pekerjaan melimpah, kemiskinan akan berkurang,” tuturnya. (Asep Abdullah-90)
Prof Bambang Setiaji Web Developer