Masyarakat Pacitan, sepertinya tidak bisa lepas dari
tegalan atau hasil-hasil tanaman keras. Sebab, sawah sangat sedikit di sana. Kalau pun ada, mungkin hanyalah pertanian tadah hujan. Potensi tanaman keras tersebut, kemudian berkembang pada hasil-hasil yang bersifat ekonomis. Di Pacitan, saya lihat sudah ada pabrik tripleks. Itu bagus. Masyarakat menanam Sengon, lima tahun panen dan sudah ada pabriknya. Tentu ini potensi luar biasa. Dan, kondisi ini harus digenjot lebih maksimal.
Persoalannya kemudian, tentu petani tanaman keras ini tidak bisa menunggu sampai lima tahun panen. Di sinilah, perlu upaya menggandeng investor-investor. Atau membangun jalinan kerjasama dengan banyak pihak. Orang luar negeri banyak, dari dalam negeri juga saya kira tak kalah banyak.
Mungkin sistemnya menyewa atau bagaimana, supaya dalam masa tunggu (panen) lima tahun itu, petani bisa memiliki pendapatan. Meski hanya Rp 300 Ribu atau Rp 400 Ribu per bulan, yang penting ada pemasukan. Dengan demikian, petani bisa bertahan hidup. Sebab, yang saya amati, petani tanaman keras di Pacitan yang bisa bertahan selama lima tahun, selama menunggu masa panen tersebut, adalah mereka yang memiliki pendapatan.
Mungkin, investor tersebut menyediakan bibit, petani yang merawatnya. Tetapi, selama proses perawatan, petani mendapat semacam gaji. Ya, sebatas untuk bertahan hidup saja. Kemudian pada saat panen lima tahun mendatang, mendapatkan bagi hasil penjualan tanaman tersebut. Artinya, di sini perlu diciptakan sistem-sistem yang bisa membantu rakyat.
Dalam kondisi ini, Pacitan bisa juga menjadi supplier. Misalnya untuk industri tripleks dan rangkaiannya. Banyak potensi pekerjaan yang bisa digarap dalam industri pembuatan tripleks ini. Sehingga, penyerapan tenaga kerja juga lebih banyak.
Itu mungkin potensi untuk wilayah seperti di Kecamatan Tulakan, atau daerah-daerah atas.
Sedangkan daerah di bawah, mungkin pertanian padi masih bisa dikembangkan. Yang panen antara dua hingga tiga kali dalam setahun. Sayangnya, areal persawahan di Pacitan juga tidak terlalu luas. Justru yang banyak adalah pegunungan kapur selatan. Sehingga, melihat kondisi ini, harus dipikirkan tanaman apa sebenarnya yang cocok untuk ditanam.
Potensi Sektor Non Pertanian
Ikan adalah kekayaan luar biasa. Saya masih sering ke Pacitan beli ikan, kemudian dibawa pulang. Keberadaan cold storage mungkin sangat membantu, karena ikan bisa bertahan cukup lama.
Perlu diketahui, ikan itu makanan hebat, makanan lux. Mahal sekali. Terlebih udang. Apabila daging ayam per kilogramnya hanya sekitar Rp 30 Ribu, Ikan Tenggiri bisa mencapai Rp 80 Ribu. Jadi harganya dua kali lipat dari daging ayam.
Selain itu, sektor pertambangan, utamanya Galian C, saya kira juga bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat Pacitan. Kemudian sektor lain, seperti jasa-jasa perhotelan hingga restoran. Meski kedatangan turis belum terlalu bisa diharapkan, namun sektor pariwisata banyak yang bisa dijual.
Misalnya jika ingin ke Lorok, bisa melalui Jalur Lintas Selatan (JLS), melewati pantai-pantai pesisir selatan yang indah. Atau potensi pariwisata di Pantai Klayar dan sebagainya. Itu semua bisa dijual. Dan kedatangan wisatawan, tentu menjadi pemasukan tersendiri bagi rakyat. Mereka bisa menjual makanan, jual cenderamata, hingga menyewakan hotel dan restoran. Itulah sektor-sektor ekonomi.
Berkaitan dengan sektor perdagangan, mungkin antarwilayah di kecamatan, yang dilalui jalur seperti Pacitan-Solo atau Pacitan-Madiun hingga Pacitan-Trenggalek, jalan yang ada harus bisa diperlancar. Kita bisa mencontoh perkembangan pembangunan di luar Jawa, itu hebat sekali.
Di sisi lain, aspek kesehatan, tentu cukup penting. Bagaimana munculnya kepastian upaya preventif, hingga penanganan setelah sakit itu juga harus baik. Termasuk sistem-sistem kesehatan murah dan kesehatan gratis. Seluruhnya untuk menolong rakyat.
Tak kalah pentingnya, adalah sektor yang berkaitan dengan pembangunan jati diri manusia. Seperti pendidikan, harus terus ditingkatkan. Banyak orang Pacitan yang berhasil di luar. Ada pula presiden (SBY) yang lahir di Pacitan. Saya rasa itu sangat fenomenal dan cemerlang. Entah terjadi lagi atau tidak, pada 50 atau 100 tahun ke depan, wallahu’alam. Ada pula beberapa menteri berasal dari Pacitan, hingga beberapa rektor baik negeri maupun swasta. Seluruhnya berangkat dari pendidikan yang baik. Itulah sebabnya, pendidikan di Pacitan harus terus dimajukan.
Dan, aspek religiusitas, tentu wajib dipertahankan, ditingkatkan dan diperkuat. Sebab, dengan kondisi Pacitan sebagai daerah terpencil, apabila rakyatnya tidak karu-karuan dalam aspek religiusitas, tentu semakin membawa penderitaan.
Itulah kunci-kunci vital pembangunan di Pacitan. Saya kira, tidak mudah mengembangkan Pacitan. Daerahnya tandus, penduduknya berada di pelosok. Tidak gampang dan tidak banyak yang bisa dikembangkan. Sehingga, sekali lagi, pertanian itu adalah kunci. Sebab, jika petaninya memiliki uang, dia bisa membeli apa saja. Bisa membuka toko, dan membuka peluang pendapatan di sektor lain. Itu apabila petaninya memiliki uang.
Inilah konsep. Apabila hendak membangun, saya rasa harus dimulai dari pertaniannya terlebih dahulu dimajukan. Supaya petani ini memiliki pendapatan dari hasil bertaninya, cukup kebutuhan pokok dan bisa menggerakkan roda ekonomi yang lain.
Banyak Peluang Industri
Setelah semua aspek tergarap, seperti pertanian, kenelayanan, perikanan hingga pertambangan, mungkin bisa meningkat dengan pengembangan industri-industri kecil. Dengan harapan, mampu meningkatkan nilai tambah.
Contohnya seperti pengolahan hasil pertanian tanaman keras, dengan berdirinya pabrik tripleks atau industri pengolahan kayu sebagaimana diurai di atas. Mungkin juga industri pengolahan makanan. Misalnya singkong yang mentahnya hanya laku 300 perak, jika dijual dalam bentuk kemasan, harganya bisa sepuluh kali lipat per kilogramnya. Termasuk komoditi kentang, pisang, dan hasil budidaya lainnya. Yang nantinya mungkin bisa disurvei lebih lanjut oleh ahlinya.
Industri perikanan juga menjanjikan. Komoditi ikan, mungkin jangan hanya dijual ikan. Bisa diolah menjadi bakso ikan, abon ikan, tahu tuna, kerupuk ikan, serta turunan-turunannya. Tapi, penjualan ikan fresh juga jangan dikesampingkan. Seluruhnya harus dijual secara higienis, di bawah pengawasan pemerintah. Karena tanpa pengawasan, bisa saja diberikan zat-zat pengawet berbahaya. Selain itu, pemerintah juga harus memberikan nasehat yang baik. Dibimbing pengetahuannya.
Selain perikanan laut, potensi perikanan darat di Pacitan juga potensial. Hanya saja, perlu pengelolaan, oksigenasi dan listrik yang baik.
Ketika industri kecil sudah mulai dijalankan, kemudian meningkat kepada industri ’’agak canggih’’ sedikit. Keberadaan kayu sebagai bahan baku, mungkin bisa diteliti lebih jauh. Di Pacitan ada SMIK atau SMK Perkayuan, mungkin bisa dilibatkan. Yang krusial kemudian, adalah market. Bagaimana bahan baku dari Pacitan ini bisa diekspor? Gunakan internet untuk ekspor. Itu baik sekali. Anak saya bermain ekspor hanya melalui internet, dan bisa terhubung ke seluruh dunia.
Sektor potensial lain di Pacitan, adalah industri kimia sederhana. Seperti pembuatan jamu dan sabun. Khususnya produk jamu ini, potensinya cukup besar. Tetapi kembali lagi, harus dalam pengawasan pemerintah. Supaya kualitas dan standar kesehatan bisa lebih terkendali.
Lainnya, sedikit lebih berat, mungkin bisa industri elektronika. Jika terealisasi, ini hebat sekali. Sebab, benar-benar menggunakan tenaga kerja yang besar. Tentu, jika ingin mewujudkannya, harus bekerjasama dengan investor. Kemudian setelah berdiri, industri lainnya ikut bergerak. Seperti pembuatan kertas untuk kardusnya. Di Pacitan banyak tanaman Sengon Laut, yang bisa digunakan sebagai bahan baku kertas tersebut.
Potensi industri lainnya, adalah yang bersentuhan dengan budaya. Batik Tulis Lorok, saya ingat potensinya juga baik. Berkembang lebih jauh, mungkin bisa juga industri garmen. Industri ini menyerap banyak tenaga kerja. Pemerintah bisa mulai memikirkan pembangunan industri garmen ini di Pacitan. Hanya saja, kendalanya mungkin pada biaya transportasi. Namun setidaknya, dengan kondisi Pacitan yang cukup besar, industri tersebut mungkin bisa mencukupi kebutuhan konsumsi lokal.
Dari sejumlah potensi-potensi yang terbuka lebar itu, sekarang tinggal tugas utama pemerintah, sebagai penyedia sarananya. Sebab, berkaitan dengan investor, supaya bisa datang ke Pacitan, mendirikan pabrik hingga menjadi ladang pekerjaan bagi rakyat, perlu dukungan banyak pihak. Perlu pelobi-pelobi tingkat tinggi yang bergerak. Tidak harus Pak Bupati saja. Mungkin bisa jaringan keluarga Pak SBY dan Partai Demokrat-nya. Atau para politisi-politisi.
Tentunya, supaya para investor ini berminat untuk datang, harus dipastikan adanya jaminan kemudahan berinvestasi di Pacitan. Sebab, investor juga mencari keuntungan. Misalnya pemerintah bisa memberikan harga tanah yang murah, atau perizinan cepat. Apabila perlu, Pak Bupati sendiri yang membantu mengurus izinnya.
Setelah peluang terbuka, tenaga kerja sebagai pilar industri saya rasa juga melimpah, dengan sumber daya manusia Pacitan. Apalagi didukung biaya hidup yang tidak terlalu tinggi. Syukur, seluruh bahan baku industri tersebut berasal dari Pacitan. Contohnya saja, industri pengolahan rumput laut, industri pengolahan ikan atau pengalengan ikan. Seluruhnya bisa tersedia di Pacitan. Sekali lagi, ikan itu makanan mahal. Dan untuk pengalengan ikan tersebut, mungkin bisa juga berwujud industri UMKM.
Pacitan Kemarin, Hari Ini dan Masa Depan
Sedikit bernostalgia. Saya melihat Pacitan saat ini, sangat jauh berkembang dibandingkan masa lalu, ketika saya kecil hingga beranjak remaja di sana. Yang paling maju dan fenomenal itu adalah masuknya listrik sampai ke pelosok desa. Dulu, di desa saya, listrik sangat minim. Sehingga, masuknya listrik ini tentu membawa dampak perubahan masyarakat yang luar biasa. Televisi bisa masuk, dan banyak hal bisa dilakukan masyarakat dengan listrik ini. Mungkin ada yang memanfaatkannya untuk membuat roti dan makanan ringan, las listrik, serta semua hal yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat Pacitan.
Selain itu, pengiriman anak-anak muda Pacitan ke luar kota maupun luar negeri, juga membawa dampak positif bagi Pacitan. Ketika ada keluarga-keluarga yang kurang mampu, setelah mengirim putra-putra terbaiknya belajar ke luar, atau bekerja di luar, justru bisa semakin sukses. Jangan salah juga, proses pengiriman uang dari luar negeri kepada keluarga di Pacitan itu adalah sektor yang tidak bisa diabaikan. Hanya saja, ketika ada persoalan tentang TKW atau TKI, saya rasa itu bagian dari risiko.
Begitulah Pacitan. Membangun Pacitan, harus dilihat lebih jauh. Sektor-sektor keuangannya, seperti APBD dan PAD ditambah Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus, mungkin tidak terlalu besar untuk mencukupi pembangunan di Pacitan. Namun, anggaran yang tidak terlalu besar itu, bisa efektif digunakan, apabila dialokasikan untuk sektor-sektor kunci. Sektor utama sebagaimana terurai di atas.
Tetapi kembali lagi, mungkin yang paling potensial di Pacitan saat ini dan di masa mendatang adalah pertanian tanaman keras. Karena didukung kondisi Pacitan yang daerahnya berbukit-bukit. Salah satu tanaman keras dengan potensi tinggi adalah Gaharu. Ini adalah tanaman mahal sekali, karena digunakan untuk bahan baku minyak wangi. Di Indonesia, ada ahlinya dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yang sering menjual Gaharu.
Itu hanya salah satu contoh yang mungkin cukup potensial untuk dikembangkan di Pacitan. Pemerintah mungkin bisa menghubungi Kementerian Kehutanan, supaya ada tim yang turun dan meneliti, tanaman-tanaman apa saja yang bisa dikelola di Pacitan. Mungkin Gaharu tersebut, atau Sengon Laut, atau tanaman keras potensial lainnya.
Setelah itu, kemudian ada sistem investasi dengan menggaet investor. Mungkin bibit bisa beli dari investor, petani lokal yang merawat. Tetapi, petani tersebut harus mendapat semacam gaji untuk bertahan hidup. Dan di akhir kontrak, para petani ini mendapatkan bagi hasil dari pemanfaatan tanaman tersebut.
Harapan Lebih Baik
Melihat kondisi pemerintahan di Pacitan saat ini, di bawah kepemimpinan Pak Indartato sebagai bupati, Pacitan cenderung stabil. Ketika stabilitas sudah terjaga, yang perlu dipikirkan adalah memaksimalkan potensi keuangan daerah yang ada. Memang tidak banyak yang bisa dilakukan. Namun, setidaknya seluruh anggaran tersebut harus bisa dialokasikan pada sektor-sektor yang sangat kunci dan strategis. Yang benar-benar memantik tumbuhnya ekonomi rakyat.
Jalan dan jembatan, juga harus menyentuh hingga ke kampung-kampung. Mengenai jalan kampung, saya punya sedikit cerita. Di Bojonegoro, jalan ke kampung itu tidak diaspal, tetapi dipaving. Setidaknya, dari upaya ini, industri paving rakyat mulai tumbuh. Yang memasang, juga tukang-tukang dari daerah setempat.
Dari hal ini, dapat disimpulkan bahwa uang APBD daripada dibelikan aspal dan uangnya lari ke luar, lebih baik dibelikan paving produk masyarakat sendiri. Sehingga, di satu sisi rakyat gembira karena jalannya dipaving, dan sarana prasarana yang ada terpenuhi. Di sisi lain, industri pembuatan paving rakyat juga tumbuh, dan resapan airnya pun terjaga dengan baik. Mungkin, untuk itu, Pemerintah Kabupaten Pacitan bisa melakukan studi banding ke Bojonegoro. Dan setelahnya, pemerintah tinggal memikirkan hal-hal lain yang saling berkaitan seperti pola paving jalan tersebut.
Yang pasti, bagi pemimpin di Pacitan, saya berharap, dalam membangun Pacitan selalu berorientasi kepada kebutuhan masyarakat. Yang paling krusial adalah kebutuhan akan pekerjaan. Membangun UKM, UMKM, syukur industri menengah, atau bahkan industri-industri padat karya, harapan saya bisa ditumbuhkan di Pacitan. Sehingga rakyat memiliki pekerjaan. Dan yang tak kalah penting, pendidikan juga perlu diperbaiki. Karena bisa menjadi bekal bagi rakyat Pacitan, ketika hendak berkarya di mana pun, baik di Indonesia maupun di luar negeri.
Bagi masyarakat Pacitan, teruslah tumbuh. Carilah hal-hal kreatif. Saya yakin masyarakat lebih tahu, bidang apa saja yang bisa dikembangkan. Kami sebagai pengamat, biasanya bersifat teoritis. Sementara pemerintah sendiri juga tidak bisa menjadi motor bisnis. Karena masyarakat yang lebih tahu, kreativitas itu perlu terus dikembangkan. Namun, hati-hati ketika menggunakan modal yang terbatas untuk membuka peluang usaha. Pelajari dengan baik. Dan yang utama adalah ciptakan lebih banyak lapangan kerja, utamanya untuk generasi muda. Serta terus hadapi tantangan yang ada. Itu saja. Saya kira Pacitan akan menjadi lebih baik.